Wednesday 1 February 2012

AIR MATA SANG PENDEKAR ( 2 )

Pagi itu desa Selokaton gempar, penduduk desa banyak berkerumun di dekat gardu ronda. Mereka sedang menceritakan kejadian yang menimpa warga desa itu. Pagi itu di temukan tiga mayat warga desa dengan kondisi yang sangat mengerikan. Tubuh ketiga mayat itu seperti tercabik-cabik cakar harimau. Bahkan di leher ketiganya terdapat lubang seperti gigitan binatang. Dari cerita yang beredar di masyarakat , ketiga mayat itu bernama Genta, Jukri dan Socapati ketiganya adalah orang yang bertugas ronda di malam kejadian itu.

Cerita mengenai tewasnya tiga warga desa Selokaton semakin santer terdengar sampai kedesa tetangga,bahkan di desa Bringinsari juga pernah terjadi kejadian serupa. Kejadian itu terjadi tiga hari sebelum kejadian yang menimpa tiga warga desa Selokaton. Malam-malam sesudah kejadian itu warga desa dari ke dua desa seperti dilanda ketakutan yang teramat sangat, mereka takut kejadian itu akan datang lagi dan menimpa warga desa yang lain. Sehingga kemudian diadakan ronda malam dengan jumlah peronda mencapai lima belas orang bahkan lebih.

Teror pembunuhan tidak berhenti sampai disitu, di desa Petung yang berada diantara desa Bringinsari dan desa Selokaton kehilangan salah seorang warganya. Pada suatu malam salah seorang waga desa Petung pulang dari rumah saudaranya, namun hingga pagi orang tersebut tidak pernah sampai kerumah.Seluruh keluarganya bingung mencari, dan kemudian di temukan oleh tetangganya di pinggir sawah di luar desa.Orang tersebut telah tewas dengan luka seperti yang menimpa ketiga pemuda petugas ronda di desa Selokaton.
Tiga desa tersebut merupakan desa-desa terdekat dengan hutan Gondomayit. Dan warga dari ketiga desa tersebut juga percaya kalau kejadian yang terjadi di desanya merupakan ulah dari siluman dari hutan Gondomayit. Oleh seorang tetua desa yang berasal dari desa Bringinsari, di harapkan agar semua warga desanya untuk waspada. Mereka juga telah meminta bantuan beberapa dukun yang memiliki kemampuan untuk menghadapi siluman.

Malam itu suasana sangat mencekam, warga desa Bringinsari sudah masuk kerumah masing-masing dan menutup pintu juga menguncinya dari dalam. Mereka takut dengan keganasan siluman hutan Gondomayit yang akhir-kahir ini sering meminta tumbal dari warga desa di sekitar hutan itu.

Namun petugas ronda tetap melaksanakan tugasnya . Jumlah mereka kurang lebih limabelas orang, yang di pimpin langsung oleh Ki Lurah di bantu dua orang dukun yang sengaja mereka datangkan untuk membantu menghadapi siluman hutan Gondomayit yang meresahkan warga.
Malam semakin larut, dingin mulai menyelimuti desa. Bulan purnama malam itu membuat desa menjadi terang dengan sinarnya.

“ Aki Wanabaya, menurut aki mungkinkah Siluman Hutan Gondomayit akan datang malam ini Ki ? “, Ki Lurah Surya Wiguna bertanya pada dukun sakti Ki Wanabaya.
Sementara Ki Wanengpati yang merupakan adik dari Ki Wanabaya sedang bersemadi di sudut ruangan tempat peronda itu berkumpul. Matanya terpejam dan tangannya tampak bergerak seperti menghitung butiran-butiran benda hitam yang dirangkai dengan benang dan bentuknya menyerupai sebuah tasbih.

“ Ki Lurah , suruh anak buah ki lurah utnuk bersiap-siap, saya merasakan ada semilir hawa aneh menuju ke desa ini arahnya dari hutan gondomayit “, berkata Ki Wanabaya.Belum habis Ki Wanabaya berkata ,mendadak mereka dikagetkan oleh teriakan dari petugas ronda yang berada di luar.

“ Ki Luraaaah.....siluman itu datang Ki...!!! “.

Mereka yang berada di dalam gardu ronda segera bergegas keluar. Begitu sampai diluar mereka melihat kabut merah bercahaya tampak melayang-layang menuju ke arah mereka. Begitu kabut merah itu sampai , tampak Ki Lurah segera memerintahkan anak buahnya untuk mengepung kabut merah itu. Perlahan kabut merah itu menipis dan sirna, yang ada di hadapan mereka kini tiga orang gadis cantik yang berpakaian merah dan begitu tipis, sehingga tampak jelas lekuk-lekuk keindahan tubuh ketiga gadis itu.
Para petugas ronda yang mengurung tiga gadis berpakaian merah itu tampak terpana melihat keindahan tubuh di depannya. Memang sebagian besar para petugas ronda itu masih muda, sehingga hasrat di dalam dadanya begitu meledak-ledak . Namun mereka segera tersadar begitu mendengar teriakan dari Ki Wanabaya.

“ Jangan diam melongo seperti itu, lekas kalian bersiap meringkus tiga gadis siluman ini “.
Tampak Ki Wanabaya bersama Ki Lurah Surya Wiguna dan Ki Wanengpati mendekat ke tempat tiga gadis baju merahyang di kurung oleh para petugas ronda dalam sebuah lingkaran kecil. Tampak para pemuda itu bersiap menghunus golok yang terselip di pinggangnya.
Begitu sampai di depan ke tiga gadis itu, Ki Lurah dan dua orang dukun sakti sewaan itu segera mempersiapkan diri.

“ Hehehehe...... Sekarang sudah berakhir petualangan kalian menebar teror di desa-desa ini wahai tiga silman cantik, “ Ki Wanabaya berkata kepada tiga gadis cantik dari hutan Gondomayit itu.

“ Hihihihihhi...... kenapa kalian menganggap kami siluman , tidakkah kalian melihat kecantikan kami “, berkata gadis baju merah yang berada di tengah. Tampaknya dia adalah peimpinan dari ketiga gadis baju merah itu.

“ Oia....kalian bisa memanggil ku Dewi Sekar Kenanga. Yang sebelah kanan ini adiku Dewi Sekar Mawar dan yang sebelah kiri ini adikku terakhir dia bernama Dewi Sekar Melati “.

“ Nama yang bagus, tapi kenapa kalian berlaku kejam dan menebar teror di desa kami dan juga desa tetangga ? “, bertanya Ki Lurah Surya Wiguna.

(Bersambung)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home