Friday 3 February 2012

AIR MATA SANG PENDEKAR (4)

Sore itu cuaca agak mendung. Di sebuah pedataran di kaki bukit, tampak dua orang sedang berjalan beriringan. Di sepanjang perjalanan mereka tampak bahagia,saling menggoda dan kemudian tertawa bersama. Dua orang yang berjalan kaki itu seorang pemuda tampan berkulit putih bersih mengenakan pakaian biru muda dengan celana hitam.Di kepalanya melingkar sebuah ikat kepala berwarna putih dan di pingangnya terselip sebuah benda berbentuk kuas dengan panjang tiga jengkal tangan oang dewasa . Sedang disampingnya berjalan seorang gadis cantik mengenakan baju ringkas berwarna merah-merah. Di pinggangnya terselip sebuah pedang indah, gagangnya berukir membentuk kepala rajawali. Dalam dunia persilatan pedang itu terkenal dengan nama Pedang Rajawali Emas. Kalau pedang itu di hunus dari sarungnya, akan memancarkan sinar emas yang berkilauan. Karena memang pedang itu di buat dari batu mulia.

“ Dinda Arumi....tunggu Kangmas dinda, jangan cepat-cepat jalannya “, pemuda berbaju biru muda memanggil nama gadis yang berjalan di depannya. Tampaknya sang gadis memang sengaja berlari-lari kecil setiap si pemuda hampir dekat dengannya.
Sampai suatu saat si pemuda kemudian melompat bersembunyi di balik sebuah batu. Sigadis yang berjalan di depan kemudian menghentikan langkahnya manakala dia menoleh kebelakang dan dia tidak lagi melihat pemuda kekasihnya itu. Sambil menoleh kekanan-kiri gadis yang bernama Arumi itu berteriak memanggil nama kekasihnya.

“ Kangmas Siray....kamu dimana kangmas..?

Sesaat berlalu tidak ada jawaban dari si pemuda, kemudian Arumi bermaksud melanjutkan jalannya.Namun betapa terkejutnya dia ketika kakinya akan melangkah.Di depan nya telah berdiri seorang pemuda tampan kekasihnya. Belum habis rasa terkejutnya pemuda di depannya tiba-tiba memeluk Arumi. Gadis itu terkejut, namun hanya sesaat karena disaat kemudian dia mulai membalas pelukan kekasihnya itu. Si pemuda yang bernama Siray itu memandang lekat-lekat wajah gadis yang ada dalam pelukannya. Belum pernah dia sebegitu dekat memandang wajah gadis cantik kekasihnya itu, dan kini seakan tidak akan melepaskan pelukan dan matanya terus menatap tajam bola mata indah si gadis. Arumi yang kemudian merasa malu di tatap matanya seperti kemudian menunduk. Tampak pipi si gadis memerah karena malu.

“ Dinda Arumi....Kangmas sangat mencintaimu dinda “.
Dengan berbisik di telinga si gadis , Siray mengungkapkan perasaanya dan kemudian dengan penuh kasih sayang di ciumnya bibir merah sang gadis. Dengan penuh kasih sayang juga Arumi membalas ciuman dari kekasih yang sangat di cintainya itu.

“ Ahhh.....Kangmas Siray, dinda juga sangat mencintai kangmas, jangan pernah meninggalkan dinda kangmas “.
Pelukan sepasang kekasih itu semakin erat seakan tidak akan pernah di lepaskan. Namun tiba-tiba kemesraan mereka terganggu dengan turunnya hujan sore hari itu. Mendung yang menggantung di langit tampaknya sudah tidak dapat lagi menahan air dan kemudian menumpahkannya ke bumi.

“ Dinda ….ayo kita berteduh di dangau itu dinda, sebelum hujan semakin deras membasahi baju kita “.
Tanpa menunggu jawaban dari kekasihnya , Siray segera menyambar tubuh Arumi dan menggendongnya berlari menuju ke sebuah dangau yang terletak tidak begitu jauh dari tempat itu. Arumi memeluk erat tubuh kekasihnya. Begitu tiba di dangau, Siray segera menurunkan tubuh kekasihnya di balai-balai yang terbuat dari bambu yang berada di dangau itu.

“ Tampaknya kita harus bermalam disini dinda, besok baru kita melanjutkan perjalanan kita menuju ke Padepokan 212 di gunung Gede “.

“ Kangmas ingin mengenalkan dinda kepada Kiai dan Simbok yang ada di Padepokan, dan juga kepada sobat-sobat Kangmas yang ada disana dinda “.

“ Pasti sobat-sobat yang ada di padepokan akan kagum melihat kecantikan dinda, dan pasti juga akan iri kepadaku “.
Berkata Siray yang kemudian tersenyum menatap wajah Arumi yang tampak malu-malu.

Meskipun hujan sudah reda , namun malam itu udara begitu dingin. Siray segaja tidak membuat perapian agar tidak mengundang kedatangan tamu-tamu yang tidak mereka harapkan. Untuk mengusir hawa dingin Siray memeluk erat gadis yang sangat di cintainya itu. Kembali terulang kejadian sore tadi di pedataran sebelum turun hujan. Mereka asik bercumbu dan bermesraan, di ciuminya bibir si gadis . Arumi membalasnya dengan ciuman yang lebih hangat. Malam semakin larut , sepasang kekasih itu masih asik bercumbu . Seluruh tubuh gadis cantik itu sudah di jamahnya, dan tampaknya si gadis juga telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepadanya malam itu. Namun Siray masih bisa mengendalikan nafsu yang bergejolak di dalam dadanya dan hanya mencumbu gadis itu.

(Bersambung)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home