Friday 9 May 2014

PELANGI DI ATAS GAJAH MUNGKUR

     Sebuah pondok kayu kecil yang berdiri di sebuah pedataran di lereng gunung Merapi dikawasan Kaliurang terlihat begitu rapi, dinding pondokan yang terbuat dari lembaran kayu jati tampak begitu kokoh. Halaman pondok yang tidak begitu luas juga terlihat bersih, sementara di kanan kiri pondokan banyak di tanam bunga-bunga beraneka warna yang semakin menambah indahnya pemandangan di sekitarnya. Tampaknya pemilik pondokan itu begitu menyukai keindahan dan selalu menjaganya.
     Didalam pondok, diatas tikar pandan yang sudah usang namun masih terlihat bersih , tampak duduk bersila seorang nenek yang berusia kira-kira enam puluh lima tahun tengah bersemadi. Matanya terpejam, kedua tangannya bersedekap di depan dada. Tubuh nenek itu di balut kain panjang warna putih, sebuah selendang kecil warna merah terlihat berselempang di pundaknya, rambutnya yang sudah memutih disanggul di atas kepala dengan sebuah tusuk konde yang terbuat dari kayu cendana yang berukir indah.
     Di depan nenek yang sedang bersemadi, tampak duduk dengan tenang seorang gadis cantik yang mengenakan pakaian ringkas warna hijau. Wajahnya terlihat cantik alami tanpa polesan dan dandanan.Rambutnya yang panjang sebatas bahu di biarkan tergerai. Sepasang bola mata bulat ,bagian putihnya tampak jernih sementara bola mata hitam pekat semakin menambah kecantikan gadis itu.Matanya yang indah itu tampak menatap tajam pada nenek yang di depannya.
     Beberapa saat berlalu, tampak mata nenek yang sedang bersemadi itu terbuka. Matanya juga tak kalah indah dengan gadis cantik yang berpakaian hijau itu, bola mata hitam tampak berkilat. Meskipun wajahnya sudah terlihat berkeriput namun pesona kecantikannya di masa muda masih tampak terlihat di wajah nenek itu. Setelah memandang gadis cantik di depannya, terdengar nenek itu membuka suara .
“ Paramytha,sudah lebih dari limabelas tahun kamu tinggal di sini bersama nenek. Di tempat yang sepi di Kaliurang ini,apakah kamu tidak rindu pada ayah dan bundamu Nduk ? “.
Gadis cantik berpakaian hijau itu bernama Gilang Paramytha, namun sang nenek lebih sering memanggilnya dengan panggilan Paramytha.
“ Iya, nek...sudah lama saya meninggalkan ayahanda dan bunda di kadipaten Jatipuro. Saya sangat rindu dengan mereka Nek “, Gilang Paramytha menjawab pertanyaan sang nenek.
“ Hihihih....iya Nduk , nenek mengerti dan ikut merasakan apa yang kamu rasakan saat ini, bagaimana perasaan ketika jauh dari kedua orang tua dan orang-orang yang kita sayangi “.
“ Ya sudah lah , sudah saatnya juga kamu keluar dan mencari pengalaman di dunia luar sana Nduk, dan kamu juga bisa mengunjungi kedua orang tua mu di Jatipuro “.
“ Semua ilmu yang aku ajarkan sudah kau kuasai semuanya, kau tinggal menyempurnakannnya dengan banyak berlatih “.
“ Tapi ingat pesan nenekmu ini ya Nduk, Jangan kau gunakan ilmu yang kau miliki untuk berbuat maksiat dan menebarkan petaka di luar sana !. Gunakanlah ilmu itu untuk membantu semua orang yang membutuhkan bantuan !”.
“ Iya Nek, semua nasehat dan pesan nenek akan saya laksanakan “.
“ Tunggu sebentar Paramytha, nenek menyimpan sesuatu yang sudah lama ingin nenek berikan pada orang yang nenek rasa paling tepat untuk menerimanya “.
“ Dan kamulah orang yang paling tepat untuk menerimanya Paramytha “.
    Nenek berbaju abu-abu itu bangkit dari duduknya, kemudian melangkah menuju sebuah ruangan di belakang tempatnya duduk tadi. Tidak berapa lama, nenek itu telah keluar sambil membawa sebuah kotak hitam yang terbuat dari kayu jati alas yang berukir indah.
Setelah kembali duduk di atas tikar pandan, kemudian di bukanya kotak berukir itu .Ketika kotak itu terbuka , sebuah cahaya indah warna-warni berpendar keseluruh ruangan keluar dari dalam kotak. Tampak sebuah pedang yang panjangnya dari gagang hingga ujung pedang kira-kira tiga jengkal tangan orang dewasa tergeletak di dalam kotak kayu jati itu. Gilang Paramytha begitu kagum melihat keindahan sinar yang terpancar dari pedang, selama lebih dari sepuluh tahun tinggal bersama, nenek gurunya belum pernah bercerita mengenai keberadaan pedang itu.
“ Paramytha, sudah saatnya kamu memiliki Pedang Sinar Pelangi ini . Pedang pusaka ini warisan dari leluhur nenek “.
“ Nenek rasa kamu akan berjodoh dengan pedang ini, pedang ini seperti memiliki hati. Dia akan terasa berat yang tiada terkira, bahkan dengan mengerahkan tenaga dalampun tidak akan sanggup mengangkatnya dari dalam kotak kayu jati ini “.
“ Tapi kalau Pedang Sinar Pelangi ini telah menetapkan pilihannya, dengan siapa dia mau dibawa. Maka Pedang Sinar Pelangi ini akan terasa sangat ringan “.
“ Nah....sekarang cobalah kamu ambil dan angkat Pedang Sinar Pelangi dari dalam kotak kayu jati itu Paramytha !”.
    Perlahan Paramytha bergerak kearah kotak kayu jati yang di dalamnya tersimpan Pedang Sinar Pelangi, sebelum tangannya bergerak meraih Pedang Sinar Pelangi, tubuhnya tampak membungkuk menjura ke pada gurunya.
    Meskipun dalam hatinya ada sedikit keraguan, apakah dia akan sanggup memegang dan mengangkat pedang itu, namun sesaat kemudian jari-jari lembut dari tangan gadis cantik itu bergerak meraih Pedang Sinar Pelangi. Begitu jari-jarinya menyentuh gagang pedang, Paramytha merasakan ada hawa sejuk merasuk ke tubuhnya melalui jari-jarinya. Sesaat hawa sejuk itu semakin menjalar di sekujur tubuh, Paramytha pun merasakan tubunya menjadi semakin enteng dan tenaga dalamnya juga menjadi berlipat-lipat. Kemudian dengan kedua tangannya di genggamnya Pedang Sinar Pelangi yang masih berada dalam sarungnya . Sarung pedang itu terbuat dari kayu cendana yang menebarkan bau harum, di beberapa bagian tampak di hiasi logam mulia. Gagang pedang terbuat dari gading gajah yang di ukir membentuk kepala burung rajawali. Di kedua mata ukiran burung rajawali tersebut tertanam dua buah batu permata yang memancarkan sinar berkilauan.
“ Hehehehe.....sudah aku duga , kalau memang Pedang Sinar Pelangi ini akan memilihmu sebagai tuannya nduk “, terdengar nenek berbaju abu-abu dengan berselempang selendang merah itu berkata.
“ Kau lah yang kelak menjadi penerus dari seseorang yang dulu pernah malang-melintang di dunia persilatan dengan pedang itu dan bergelar Bidadari Pedang Sinar Pelangi “.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home