Tuesday 10 May 2011

Apa yang harus aku lakukan ..???

Haruskah seluruh nilai terabaikan
Agar kau bisa menari dan mengerti
Atau haruskah cerita itu terulang
Agar aku bisa menangis dan bernyanyi
Haruskah tarianku lebih vulgar
Agar kau bisa memahami
Atau haruskah aku berteriak
Agar kembali menjadi manusia tak tau diri
Haruskah aku berdiam diri
Agar tarianku tersembunyikan
Ataukah harus aku berontak
Agar kau bisa melihat tarianku
Haruskah aku memaksa
Agar kau merasa terdesak
Ataukah harus aku mematung
Agar kau tak merasa tersudut
Haruskah aku menghilang
Agar kau tak merasakan beban
Ataukah harus aku pergi
Agar kau tak perlu mengilangkan diri
Haruskah aku ...
Harusnya aku menyadari
Kau tak butuh nyanyian dan tangisan
Harusnya aku pahami
Kau tak ingin diberi nyanyian dan tangis
Harusnya aku mengerti
Kau tak ingin menari atau mengerti
Harusnya aku ...
Harus aku kembalikan kesadaran
Bahwa aku tak bisa untuk tidak
Bernyanyi dan menari
Harus aku tak kembalikan kesadaran
Bahwa aku tak bisa untuk tidak
Meluapkan nyanyian dan tangisan
Harus ...
Harusnya arus ini mengalir
Namun ia tak peduli
Pusarannya terlalu kuat
Melingkar-lingkar di dalam buntu
Menjambak harga dari sebuah nilai

(Ketika malam menjadi teman yang abadi)

Haruskah ....???

Aku telah bernyanyi untukmu
Tapi kau tidak juga menari
Aku telah menangis di depanmu
Tapi kau tidak juga mengerti
Haruskah aku menangis sambil bernyanyi
....

(Lagu Gelombang by Kahlil Gibran)

Lagu Gelombang

Pantai yang kokoh adalah kekasihku,
Dan aku menjadi buah hatinya.
Ketika akhirnya kami dipertautkan oleh cinta,
Bulan pun menarikku darinya.
Bergegas aku pergi menyongsong dia
Lalu aku pergi menyongsong dia
Lalu minta diri dengan berat hati.
Membisikkan selamat tinggal berulang kali.

Aku membumbung tiba-tiba
Dari balik kebiruan cakrawala
Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku
Ke pangkuan keemasan pasirnya
Dan berpadu dalam kecemerlangan sempurna

Aku pusaka dahaganya
Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya
Dia melunakkan suaraku dan meredam gelora di dada.
Kala fajar tiba, kuucapkan kaidah cinta
Di telinganya, dan dia memelukku penuh damba

Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan
Diiringi kecupan-kecupan kasih sayang
Gerakku gesit diwarnai kekhawatiran
Sedangkan dia tetap sabar dan tenang.
Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan.

Kala air pasang kami saling memeluk
Kala surut aku berlutut menjamah kakinya
Memanjatkan doa.

Seringkali aku menari, mengitari puteri-puteri duyung
Bila mereka timbul dari kedalaman dan mengapung
Di dadaku, memandangi kelap-kelip bintang-bintang;
Seringkali kudengar keluh kekasih
akan kekecilan dirinya.

Seringkali ‘lah kugoda tebing-tebing batu karang,
Kuajak bercanda, dan kulempari senyum cemerlang,
Namu tak sekali juga merasa tergerak membalasnya.
Seringkali ‘lah kuangkat insan-insan yang tenggelam,
Kudukung mesra dan kubawa kepangkuan pujaanku;
Pantai perkasa: yang memberinya daya
Kekuatan-rangkuman diriku.

Seringkali kucuri permata simpanan dasar samudra
Kupersembahkan ke haribaan kekasih tercinta,
Dan pantaiku menerimannya dalam bisu
Namun aku memberi selalu, sebab diamnya menyambutku.

Dalam sarat kegelitaan jantung malam,
Pabila segenap makhluk ciptaan Tuhan,
Lelap terlena dalam buaian Alpa,
Aku tetap bergadang, sekali waktu melagukan dendang,
Sekali waktu menghela napas dalam desah berkepanjangan,
Aku senantiasa terjaga.

Seribu sayang, selalu berjaga sendiri
Menyusutkan kekuatan.
Tetapi aku pemuja cinta,
dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa
Mungkin kelelahan akan menimpa,
Namun tiada aku bakal binasa.


(Kahlil Gibran)