Friday 3 February 2012

AIR MATA SANG PENDEKAR (13)

Sementara itu Siray sensaura juga sudah menggebrak kudanya menuju arah yang lain. Hampir seharian berkuda Siray Sensaura tampak letih, kemudian dia beristirahat di dekat sebuah sungai yang alirnya mengalir jernih. Dia pun segera melompat dari punggung kudanya , dia segera mengambil air sungai dengan kedua telapak tangannya dan kemudian meminumnya. Sementara kudanya juga mengikutinya meminum air sungai yang jernih itu.
Di pinggir sungai Siray duduk di bawah pohon yang rimbun, sehingga melindunginya dari sinar matahari, udaranya begitu sejuk. Sejenak dia mengeluarkan sesuatu di balik bajunya, sebuah lukisan wanita cantik. Lukisan Arumi kekasihnya. Di pandanginya lukisan itu dalam-dalam, seperti tersirat kerinduan yang begitu bergejolak dihatinya.

“ Dinda …..dinda Arumi , dimanakah dirimu sekarang dinda ? Aku sangat merindukan mu dinda “., Siray Sensaura terus memandangi lukisan wajah kekasihnya itu dalam hatinya juga berkata . “ Mengapa nasibku berkebalikan dengan nasib Sobat Adeck Cakep, dia saat ini sedang dicari-cari oleh seorang gadis cantik yang merindukannya , tapi aku...?

Begitu pilu mengiris hatinya yang sedang dilanda rindu , sehingga tanpa sadar butiran-butiran air bening menetes dari matanya dan membasahi pipinya .

“ Dinda....Arumiiiiii.......” ,dalam hati Siray Sensaura menjerit. Sehingga semakin deraslah airmata itu mengalir membasahi pipi dan juga bajunya.
Namun tiba-tiba Siray Sensaura di kejutkan oleh suara orang yang sedang bersenandung, suaranya menggema seakan berasal dari seluruh penjuru mata angin. Sehingga dia tidak tau dari mana arah datangnya suara itu.

Ketika perasaan itu telah tertanam
Akarnya menerobos masuk ke palung hati
Kerinduan terasa menyiksa ….
Disaat sang bidadari jauh dari raga
Hanya pertemuan yang akan menghapus semua
Perasaan rindu dan kangen yang terus menyiksa jiwa
Air mata yang menetes keluar
Hanyalah salah satu penyelesaian...


Siray Sensaura berdiri,segera diambil dan disimpanya lukisan kekasihnya di balik baju. Dia memandang berkeliling, namun tidak di temui sosok orang yang bersenandung tadi.

“ Suara itu..... sepertinya aku mengenalnya ? , Ah....iya tidak salah lagi ,itu pasti....itu pasti.....Sobat Mahesa Edan
Kemudian Siray Sensaura berteriak keras, mengerahkan seperempat tenaga dalamnya. Suranya keras dan bergema .

“ Sobat Mahesa Edaaan , keluarlah. Aku tau itu kamu. Ayo keluarlah, jangan hanya menggunakan Ilmu Memindahakan Suara saja ...!!


Berulangkali Siray Sensaura berteriak memanggil nama Mahesa Edan, namun yang di panggilnya tidak juga keluar dari persembunyianya. Apakah masih ada di sekitar tempat itu ataukah sudah pergi .


TAMAT


NANTIKAN PETUALANGAN SERU PENDEKAR-PENDEKAR
DARI PADEPOKAN 212
DALAM EPISODE SELANJUTNYA

AIR MATA SANG PENDEKAR (12)

Pagi itu di pendopo rumah Ki Lurah Surya Wiguna tampak Siray Sensaura dan Ratna Galih sedang berbincang dengan Ki Lurah dan juga Ki Wanengpati. Di meja tampak hidangan kue yang di suguhkan oleh Nyi Ratmi istri dari Ki Lurah.
Rumah Ki Lurah Surya Wiguna memang besar,dinding dan perabotan semuanya terbuat dari kayu jati yang berukir indah. Selain seeorang lurah Ki Surya Wiguna adalah seorang yang kaya raya di desa Bringinsari ini.

“ Nakmas Siray dan Nimas Ratna, saya sendiri dan juga mewakili seluruh rakyat desa Bringinsari mengucapkan terimakasih yang tak terhingga, entah apa jadinya kalau nakmas berdua tidak datang dan menolong kami “, KiLurah berkata kepada dua tamunya itu.

“ Benar nakmas Pendekar Kuas Sakti, kedatangan nakmas berdua bukan hanya menolong kami dari keganasan Siluman Hutan Gondomayit tapi juga telah menyelamatakan seluruh warga desa ini “, Ki Wanengpati menimpali.

“ Sudahlah Ki Lurah dan Ki Wanengpati, memang sudah seharusnya kita hidup di dunia ini untuk saling tolong menolong antar sesama “.

Setelah beristirahat dan berbincang sambil menyantap makanan yang di hidangkan oleh Nyi Ratmi, menjelang tengah hari Siray dan Ratna Galih berpamitan untuk melanjutkan perjalanan.
Mereka pun meninggalkan desa Bringinsari diiringi lambaian tangan dari Ki Lurah dan warga desa yang telah memperlakukan mereka layaknya seorang pahlawan .

Siray Sensaura dan Ratna Galih terus melakukan perjalanan ke arah barat, mereka naek kuda yang di berikan oleh Ki Lurah sebagai ungkapan terimakasihnya. Setelah beberapa lama mereka berkuda, kini sampailah mereka di sebuah persimpangan jalan. Arah yang ke kanan menuju kota raja Niskala sementara yang lurus adalah ke arah Kadipaten Pagar Alam yang masih dalam wilayah kekuasaan kerajaan Niskala.
Tiba-tiba Ratna Galih menghentikan kudanya, Siray pun kemudian juga menghentikan kudanya di dekat Ratna Galih.

“ Kangmas Siray, aku akan menuju kota raja. Aku ingin sekedar berkeliling melihat-lihat keindahan kota raja, kangmas sendiri mau kemana? , Ratna Galih bertanya.

“ Hehehe.....iya melihat-lihat keindahan kota raja, siapa tahu bertemu seseorang kan.? “ ,Siray menggoda Ratna Galih.
Gadis itu hanya tersenyum dan tertundukmalu,terlihat rona merah di pipinya .

“ Aku akan pergi ke Padepokan212 di Gunung Gede nimas Ratna, sudah lama aku tidak mengunjungi padepokan212 “.

“ Baiklah Kangmas Siray, aku pergi dulu. selamat tinggal “, berkata Ratna Galing sambil melambaikan tangannya .

“ Iya nimas Ratna, semoga di kota raja kau bertemu dengan Kangmas mu Adeck Cakep “, kata siray sambil tersenyum.
Namun Ratna Galih sudah membedal kudanya dan berlari meniggalkan tempat itu, namun telinganya mendengar jelas apa yang di ucapkan Siray Sensaura yang membuatnya tersenyum sendiri sambil terus memacu kudanya menuju kotaraja Niskala.

(Bersambung)

AIR MATA SANG PENDEKAR (11)

Para pemuda yang sejak tadi diam menyaksikan pertempuran itu, kini beranjak bangkit. Mereka segera menyambar golok masing-masing dan bermaksud untuk membatai tiga gadis Siluman Dari Hutan Gondomayit tersebut. Namun sebelum semua itu terjadi mendadak terdengar suara auman harimau yang sagat keras dan menggetarkan tempat itu. Dan entah dari mana datangnya di depan mereka kini muncul seekor hariamu putih dengan mata merah menyala menatap kearah orang-orang yang ada di sekitar tempat itu.

Seekor harimau putih besar berjalan pelan mendekat kerah tubuh ketiga gadis yang tergeletak di tanah. Sementara itu para pemuda yang akan membantai ketiga gadis dari hutan Gondomayit menjadi lumer nyalinya, tubuh mereka bergetar ketakutan.
Siray Sensaura dan Ratna Galih memandang waspada kearah harimau putih. Saat itu pandangan harimau putih menatap tajam bergantian kearah Siray Sensaura dan Ratna Galih. Mendadak terjadi suatau keanehan, samar- samar muncul bayangan seorang kakek berbaju putih dengan jenggot tebal panjang yang juga berwarna putih. Kepala kakek itu mengenakan sorban abu-abu yang ujungnya menjuntai melingkar ke lehernya.
Siray Sensaura seperti mengenali kakek tua yang muncul di hadapanya itu.pandangannya mencoba mengingat kembali kapan dia pernah bertemu dengan sosok kakek yang kini ada di hadapanya.

“ Mohon maaf kakek, apakah benar yang ada di hadapan saya ini adalah Resi Dharupandana ? “, bertanya Siray Sensaura.

“ Hehehehe.....benar sekali anak muda, ternyata masih ada anak muda seumurmu yang mengenaliku “, sambil tertawa terkekeh kakek tua itu menjawab.

Resi Dharupandana adalah seorang tokoh sakti golongan putih yang hidup ratusan tahun silam. Sepak terjangnya sempat menggetarkan dunia persilatan dan menjadi momok yang menakutkan bagi tokoh silat golongan hitam. Dialah orang yang menguasai dengan sempurna Ilmu Singa Lodaya yang dahsyat itu. Bahkan dengan Ilmu Singa Lodaya , Dharupandana pernah mengobrak -abrik sebuah gerombolan sesat yang di pimpin seorang tokoh sakti golongan hitam yang ada di pantai Sadeng, yang merupakan muara sungai besar Bengawan Solo di wilayah jawa bagian tengah.
Siray Sensaura mengetahui siapa tohkoh sakti yang bergelar Resi Singa Lodaya dari cerita yang dituturkan Kiai Gendeng Tapa Tak Tuntas di padepokan212.Namun dia tidak pernah mengira kalau saat ini akan bertemu dengan tokoh sakti tersebut.

“ Anak muda yang bergelar Pendekar Kuas Sakti dan juga Ki Lurah serta semua warga desa Bringinsari, tiga gadis ini adalah cicitku yang telah tersesat jalannya dan menebarkan malapetaka di bumi “.
“ Aku juga memohon maaf atas tindakan yang telah di lakukan oleh ketiga cicitku ini, sekarang aku akan membawa mereka. Semoga kelak mereka bisa kembali menjadi manusia yang akan berjalan di jalan yang di ridhoi Gusti Allah “.

“ Nah...sekarang aku mohon pamit “, perlahan bayangan kakek berjenggot puith itu lenyap, dan kini tampak harimau putih itu mendekati tubuh ketiga gadis yang tergeletak ditanah. Dan satu lagi keanehan terjadi, tubuh ketiga gadi itu lenyap tak berbekas dari tempat semula. Yang kemudian terdengar adalah auman harimau yang menggetarkan malam yang telah beranjak pagi.

Ki Lurah Surya Wiguna dan Ki Wanengpati mendekati Siray Sensaura dan Ratna Galih, mereka mengucapkan terimakasih atas pertolongan dua pendekar sakti itu dan kemudian Ki Lurah mengajak mereka untuk mampi sejenak untuk beristirahat di kediamannya.
Di ufuk timur terlihat warna merah menyemburat, sebentar lagi matahari akan segera terbit. Kokok ayam jago milik warga desa Bringinsari sudah terdengar bersahutan. Rombongan Ki Lurah pun segera meninggalkan tempat itu, Siray dan Ratna Galih ikut bersama rombongan menuju kediaman Ki Lurah Surya Wiguna.

(Bersambung)


AIR MATA SANG PENDEKAR (10)

Dengan melompat seperti harimau menerkam mangsanya, Dewi Sekar kenanga menyerang Siray Sensaura. Saat itu Pendekar Kuas Sakti sudah bersiap menyambut serangan yang datang kepadanya, dikerahkan seluruh ilmu dan jurus sakti yang di milikinya untuk menghadapi kedahsyatan Ilmu Singa Lodaya. Pertarungan begitu cepat, serangan silih berganti dari ke dua tokoh sakti yang bertarung. Hingga pada suatu ketika serangan kilat Siray Sensaura dengan Kuas Dewa ditangannya berhasil mendesak dan hampir menjebol dada Dewi Sekar Kenanga. Namun dengan cepat kedua tangan Dewi Sekar Kenanga menangkis serangan Kuas Dewa dan memapakinya.

Bukk.....Glar....!!!
Sebuah benturan keras terjadi, tangan Siray Sensaura tampak bergetar akibat benturan itu. Kuas Dewa di tangannya terlihat merah seperti membara.Sementara tangan Dewi Sekar Kenanga yang telah berubah menjadi cakar harimau tidak terluka sedikit pun.

“ Senjata andalanmu tidak akan mempan melukai kulitku wahai Pendekar Kuas Sakti , sekarang terimalah kematianmu...!! “.

Hiaaaaaatttttttt......Grrrrrhhhh....
Dengan teriakan keras melengking Dewi Sekar Kenanga melompat menyerang Siray Sensaura dengan cakar harimaunya yang tajam, juga taring yang seperti mata pisau siap merobek tubuh Siray Sensaura. Kali ini Dewi Sekar Kenanga memadukan Ilmu Singa Lodaya dengan jurus saktinya yang bernama Jurus Selaksa Bayangan Kematian. Tubuhnya bergerak cepat yang terlihat hanya bayangan merah yang terus mengurung tubuh Siray Sensaura. Dan Siray Sensaura menjadi semakin keteter dengan serangan yang terus datang bagai gelombang itu, sementara dia masih berfikir bagaimana melukai tubuh lawannya yang kebal dengan segala macam senjata.Bahkan Kuas Dewa pun tidak bisa melukai tubuh lawannya.
Dalam keadaan yang genting itu, tiba-tiba dia mendengar seseorang yang membisikan sesuatu ke telinganya.
“ Pendekar Kuas Sakti...cobalah serang bagian tubuh yang tidak berubah menjadi tubuh harimau.Karena ilmu kebal itu hanya melindungi bagian yang berubah menjadi harimau putih “.

Hup.....hiaaaatttt....

Dengan teriakan keras Siray Sensaura melompat kebelakang. Dia melihat kearah Ki Wanengpati yang membisikkan rahasia ilmu kebal Singa Lodaya dengan ilmu mengirimkan suara. Sesaat kemudian dia telah siap menghadapi serangan Dewi Sekar Kenanga kembali. Satu kakinya di angkat ,tangan kiri menyilang di depan dada sementara tangan kanan yang memegang Kuas Dewa terangkat tegak keatas. Itulah Jurus Dewa Kuas Melukis Langit , yang sangat dahsyat.

Hap.....hiatt...
Grrrhhhhhhh.......GGGrrhh....

Pertarunga dua tokoh sakti itu kembali terjadi, gerakan keduanya begitu cepat sehingga yang terlihat hanya bayangan merah dan biru saling serang. Siray Sensaura mencoba menyerang dan mencari celah bagian tubuh Dewi Sekar Kenangan yang tidak berubah menjadi harimau seperti apa yang di katakan oleh Ki Wanengpati. Namun semua serangannnya selalu bisa di tangkis oleh kedua cakar harimau Dewi Sekar Kenanga. Hingga pada akhirnya dengan satu gerak tipu Siray berhasil memasukkan serangan Kuas Dewa yang menghantam dada Dewi Sekar Kenanga.

Aaaahhhhhh.......!!!

Dewi Sekar Kenanga menjerit setinggi langit , tubuhnya terpental melayang dan jatuh ke tanah. Dia mencoba untuk bangkit, namun darah segar segera menyembur dari mulutnya.Tubuhnya terluka dalam yang sangat parah, dan tak lama kemudian Dewi Sekar kenanga roboh tergeletak di tanah .

Sementara itu melihat kakaknya Dewi Sekar Kenanga roboh dan terluka, membuat kewaspadaan Dewi Sekar Mawar berkurang. Dan pada saat itu datang serangan dari Ratna Galih yang mengggunakan Jurus Bidadari Menari Di Atas Pelangi dengan sepasang pedang kembarnya yang bergerak cepat bagaikan kilat.

Ciaaaaatttt.......hap.......Hiaaaaaaatttt....

Satu serangan dapat di hindari namun serangan yang datang selanjutnya berhasil merobek perut Dewi Sekar Mawar, di susul satu serangan pedang Ratna Galih berhasil menembus pundak . Tubuhnya terhuyung-huyung, dengan meringis menahan sakit Dewi Sekar Mawar memandang tajam kearah Ratna Galih, namun pandangan mata itu perlahan meredup dan tubuh Dewi Sekar Mawar jatuh menggelosok ke tanah.

(Bersambung)

AIR MATA SANG PENDEKAR (9)

Hiaaaattttt......Hiaaaatttttt.........

Dengan teriakan keras membahana Dewi Sekar Kenanga dan Dewi Sekar Melati melesat menyerang Siray Sensaura. Pukulan dan tendngan silih berganti menderu kearah bagian mematikan, sementara itu Siray Sensaura masih mencoba bertahan dan hanya sesekali melancarkan serangan balik.
Memasuki jurus ke empatpuluh Siray Sensaura tampak semakin tertekan, tubuhnya hanya berkelebat kesana kemari menghindari serangan-serangan maut yang datang. Pada saat yang genting itu mendadak dia teringat salah satu jurus aneh yang pernah di ajarkan sahabatnya yang bernama CahSableng di Padepokan212 . Jurus Dewa Jamban Menari , maka dipadukannya jurus Dewa Kuas Menyusup Awan dengan Jurus Dewa Jamban Menari. Tiba-tiba gerakan-gerakan Siray Sensaura menjadi aneh, tubuhnya meliuk-liuk lembut seperti orang menari menghindari serangan dari dua lawannya, namun sesaat kemudian dia balas melancarkan serangan yang tak kalah mematikan dengan Jurus Dewa Kuas Menyusup Awan . Pertempuran semakin cepat, yang terlihat hanya bayang-bayang biru dan merah berkelebat di udara saling serang. Pada satu kesempatan dengan matanya yang tajam Siray Sensaura melihat celah kelemahan dari serangan lawannya. Tiba-tiba tubuhnya menunduk dan dengan memutar di arahkan serangannya pada Dewi Sekar Melati. Melihat serangan yang datang tiba-tiba tersebut, Dewi Sekar Melati tdak sempat menghindar dan kakaknya Dewi Sekar Kenanga juga terlambat untuk menyelamatkan adiknya dari serangan Siray Sensaura. Tak ayal lagi sebuah tendangan kaki kanan Siray Sensaura menghantam dada Dewi Sekar Melati. Tubuh Dewi Sekar Melati terlempar dan jatuh bergulingan beberapa tombak kebelakang..Tampaknya dia mengalami luka dalam yang cukup parah karena serangan Siray Sensaura yang menggunakan Jurus Dewa Kuas Menyusup Awan tersebut. Dewi Sekar Kenanga segera melompat mencoba menolong adiknya, di papahnya adiknya yang mencoba untuk bangun namun karena lukannya dia akhirnya terjatuh lagi. Darah segar menyembur dari mulutnya, pertanda dia mengalami luka dalam yang tidak bisa dianggap enteng.

“ Bangsaaaatttttttt.....Kau telah melukai adikku , kau akan merasakan pembalasan yang lebih menyakitkan hai ...Pendekar Kuas Sakti..!!!”

Dewi Sekar Kenanga melompat kebelakang, dia sedang mempersiapkan ilmu andalanya yaitu “ Ilmu Singa Lodaya “. Suatu keanehan terjadi, cahaya putih menyelubungi tubuh Dewi Sekar Kenanga, dan ketika perlahan-lahan cahaya putih itu hilang sebuah perubahan wujud Dewi sekar kenanga terjadi. Kini wajah Dewi Sekar Kenanga bukan lagi wajah gadis cantik tapi telah berubah menjadi kepala harimau putih sampai sebatas leher, sementara itu kedua tangannya sampai sebatas siku juga telah berubah menjadi kaki harimau putih, jari-jarinya terdapat kuku-kuku yang tajam dan kuat untuk merobek lawannya

Siray Sensaura tampak terkejut melihat apa yang ada di depannya,selama ini dia hanya mendengar cerita mengenai Ilmu Singa Lodaya dari Kiai Gendeng Tapa Tak Tuntas di Gunung Gede. Namun kali ini dia menyaksikan dan berhadapan sendiri dengan lawan yang mewarisi ilmu itu.

“ Hmmm.....Ilmu Singa Lodaya tingkat ke dua, tampaknya mereka baru menguasai Ilmu langka itu baru sampai tingkat ke dua. Sungguh suatu malapetaka besar bagi dunia persilatan kalau mereka bisa menguasai Ilmu Singa Lodaya sampai tingkat ketiga atau tingkat terakhir. Tubuhnya akan berubah menjadi seekor harimau putih yang kebal segala senjata dan pukulan sakti “, Siray Sensaura berkata dalam hati , dia masih berfikir mampukah dia untuk mengadapi Ilmu Singa Lodaya.

Grrrrhhhh......

Auman harimau terdengar menggelegar di tempat itu. Ki lurah dan beberapa orang yang menyaksikan pertarungan itu hanya bisa berdoa semoga Pendekar Kuas Sakti mampu menghadapi lawannya. Siray Sensaura segera mengeluarkan senjata andalanya berupa sebuah Kuas sakti yang bernama Kuas Dewa. Gagang kuas tebuat dari gading gajah yang telah di hias dengan ukiran-ukiran indah. Ujungnya terdapat serabut halus yang terbuat dari bulu burung rajawali. Senjata Kuas Dewa ini merupakan pemberian seorang sahabatnya pendekar terkenal dari tanah Tiongkok.Konon menurut cerita , Kuas Dewa adalah karya besar dari pendekar sakti yang bernama Guo Jing ( Kwee Ceng ).Pendekar sakti yang hidup ratusan tahun silam di tanah Tiongkok.

(Bersambung)

AIR MATA SANG PENDEKAR (8)

“ Kami hanya para pengembara yang tidak memiliki gelar , namun oleh kedua orang tua ku , aku di berikan sebuah nama yang bagus dan orang-orang biasa memanggilku Siray Sensaura “.

“ Dan gadis di sampingku ini bernama Ratna Galih, nah ...hanya itu yang bisa aku terangkan pada kalian “.

Ketiga gadis cantik berbaju merah ketat itu kaget begitu mendengar nama yang disebutkan oleh pemuda di hadapannya. Sementara itu Ki Wanengpati tersenyum begitu mengenali siapa pemuda berbaju biru dan gadis temannya tersebut. Bagi ketiga gadis baju merah yang menyebut dirinya Tiga siluman hutan gondomayit dan Ki Wanengpati, nama Siray Sensaura sudah tidak asing lagi di telinga mereka. Mereka telah mendengar kesaktian dan kehebatan ilmu silat yang di miliki pemuda yang bergelar Pendekar Kuas Sakti tersebut. Sementara Ratna Galih meskipun tidak se tenar Siray Sensaura , namun namanya juga sangat di perhitungkan dan menjadi momok bagi tokoh-tokoh golongan hitam. Pemainan dua pedang di tangannya sangat sulit di cari tandingannya , dia bergelar Pendekar Pedang Kembar dari Ranu Kumbolo.
Bagi Tiga Siluman dari hutan Gondomayit , saat-saat seperti ini sangat di nantikan untuk menjajal ilmu kesaktian mereka. Sudah bayak tokoh silat golongan putih maupun hitam yang menjadi korban keganasan mereka. Semua tokoh silat itu tidak mampu menghadapi ilmu andalan dari Tiga Siluman dari Hutan Gondomayit.

“ Hmm....akhirnya tanpa kami harus mencari, orang bernama Siray Sensaura yang bergelar Pendekar Kuas Sakti dan gadis yang bergelar Pendekar Pedang Kembar dari Ranu Kumbolo datang mengantar nyawanya “, berkata Dewi Sekar Kenanga yang kemudian disambut tawa kedua adiknya.

“ Hihihihiihihihihi.......

“ Nah ...sekarang bersiaplah menghadap dewa maut !! “.
Begitu tawa mereka terhenti, ketiga gadis itu segera berkelebat melancaran serangan maut. Dewi Sekar Kenanga dan Dewi Sekar melati menyerang Siray Sensaura, sementara Dewi Sekar Mawar melancarakan serangan ganas ke arah Ratna Galih.

Hiaaaaatttt.....

Hiaaaatttt......

Dua serangan mematikan datang bersamaan kearah Siray Sensaura. Dewi Sekar Kenanga melancarkan serangan kearah leher dengan dua jari terbuka. Sementara Dewi Sekar Melati melompat menyerang dengan tendangan untuk membobol perut Siray Sensaura. Siray Sensaura yang sudah bersiap dari tadi dapat dengan jelas melihat serangan -serangan yang datang ke arahnya. Tubuhnya melenting dan berjumpalitan di udara menghidari serangan dua lawannya. Begitu turun dia menyusul dengan serangan balasan yang tak kalah mematikan.

Hup....hiaatttt....bet...bet...
Serangan pertama berupa tendangan yang mengarah ke perut Dewi Sekar Melati, namun itu hanya serangan tipuan dan serangan yang sebenarnya adalah sebuah pukulan mengarah ke dada Dewi Sekar Kenanga.

Dewi Sekar Kenanga kaget bukan alang kepalang melihat datangnya serangan yang begitu cepat ke arahnya. Meskipun sudah di coba untuk menghindar namun pundaknya masih kena hantam pukulan Siray Sensaura.

Bukkk....dessss....!!!

Aaghh...
Dewi Sekar Kenanga menjerit pendek, tubuhnya terpental kebelakang beberapa tombak. Namun dia masih dapat menguasai kesimbangannya sehingga tidak sampai jatuh terjerembab di tanah. Tangan kirinya meraba pundak sebelah kanan yang nyeri terkena gebuk Siray Sensaura.Kemarahan tampak terpancar dari wajah Dewi Sekar Kenanga.

“ Keparat......Pendekar Kuas Sakti, kau akan menerima balasan dariku yang tidak akan kau lupakan seumur-umur “.

Hiaaaaaaaaaattttt......

Dengan menggeram marah Dewi Sekar Kenanga menyerang kearah Siray Sensaura, dia menggunakan salah satu jurus andalanya Jurus Dewi Siluman Merajam Serigala . Jurus ini adalah jurus yang di mainkan berpasangan, kali ini Dewi Sekar Kenanga berpasangan dengan adiknya Dewi Sekar Melati. Tubuhnya melesat berputar keatas dengan kedua tangan terkembang kesamping, sementara adiknya duduk bersila di tanah.Perlahan terlihat tubuh Dewi Sekar Melati terangkat sampai setengah tombak dari tanah denganmasih duduk bersila, kedua tangannya disilangkan di depan dada. Siray Sensaura segera bersiap menghadapi serangan yang akan mengarah ke padanya, dia menyiapkan Jurus Dewa Kuas Menyusup Awan. Jurus ini mengandalkan serangan tenaga dalam yang di padukan dengan kekuatan tenaga luar. Kedua kaki membentuk kuda-kuda yang kokoh, tangan kiri tertekuk di pinggang dengan telapak tangan terbuka menghadap keatas, sementara tangan kanan terkepal lurus kedepan. Sebuah benteng pertahanan yang sangat kokoh dan memendam serangan balik yang ganas.

(Bersambung)

AIR MATA SANG PENDEKAR (7)

Hiaaattt.....hiaaattt......

Hanya beberapa saat cakar harimau dari tangan Dewi Sekar Melati akan merobek dada Ki Wanengpati dan Ki Lurah.
Dari balik kegelapan malam melesat sesosok bayangan yang kemudian menghantam cakar harimau itu.

Glaaarr.......

Sebuah benturan keras terjadi membuat tubuh Ki Wanengpati dan Ki Lurah terlempar bergulingan karena hempasan tenaga akibat beradunya pukulan Dewi Sekar Melati dengan seseorang yang menjadi penolong mereka , meskipun terluka karena terjatuh namun nyawa ke dua orang itu masih selamat.

Sementara itu tubuh Dewi Sekar Melati terdorong beberapa langkah kebelakang, kini di hadapannya telah berdiri seorang pemuda tampan berbaju biru muda yang memapaki serangannya tadi. Dua kakaknya segera melompat ke arah Dewi Sekar Melati, mereka segera menyalurkan tenaga dalam lewat punggung adiknya untuk mengatasi sesak akibat benturan tadi.
Di depan mereka seorang pemuda tampan berbaju biru muda juga tampak mengatur jalan pernafasan dan aliran darahnya tak teratur.
Disaat Dewi Sekar Kenanga dan dua adiknya memandangi pemuda tampan itu, tiba-tiba di samping pemuda itu telah berdiri seorang gadis cantik berbaju hijau.
Dengan penuh kemarahan Dewi Sekar Kenanga membentak , “ Hai siapa kalian yang berani mencampuri urusan kami Tiga Silmuan Dari Hutan Gondomayit ? “.

Dua orang itu bukan lain adalah Siray Sensaura dan Ratna Galih .
“ Hemmm.....maaf nona , kami hanya sekedar lewat di tempat ini dan tidak bisa melihat pembantaian di depan mata kami , “ Siray menjawab. Meskipun berkepala harimau namun Siray bisa mengenali dari pakaian dan lekuk tubuh ketiganya, kalau mereka adalah perempuan.

Grrrhhhh........
Terdengar geraman kemarahan dari Dewi Sekar Kenanga dan Dewi Sekar Mawar. Sementara itu Dewi Sekar Melati tampaknya masih bisa menahan kemarahanya, karena saat dia bertatap mata dengan pemuda itu dia telah terpikat dengan ketampanannya.

“ Oh....jadi kalian yang bergelar Siluman dari Hutan Gondomayit itu, aku sudah banyak mendengar cerita mengenai sepak terjang keganasan dan kebengisan kalian yang menggegerkan dunia persilatan akhir-akhir ini “, menyahuti Ratna Galih.

“ Hihihihihihihhih......

Dewi Sekar Kenanga tertawa melengking merobek keheningan malam, suaranya menggidikan bulu roma.

“ Kalau kalian berdua sudah tahu siapa kami, kenapa masih berdiri di situ ?
Cepat kalian angkat kaki dari tempat ini atau kami yang akan mengirim kalian ke neraka bersama cecunguk-cecunguk itu “.

Ki Lurah Surya Wiguna dan Ki Wanengpati serta beberapa pemuda desa Bringinsari yang masih hidup sedikit bernafas lega begitu melihat datangnya dewa penolong mereka. Dan merekapun berharap kedua dewa penolong itu adalah dua orang pendekar sakti yang akan mampu menghadapi kesaktian Tiga Siluman Hutan Gondomayit tersebut. Kemudian secara perlahan dan tanpa membuang kewaspadaannya mereka mundur dan menjauh dari arena pertarungan sebelumnya.

“ Maaf nona – nona cantik, mohon maaf bila aku dan sahabatku ini mencampuri urusan kalian , itu hanya karena kami memang tidak bisa menyaksikan keangkara murkaan dan kebiadaban terjadi di depan mata kami “, kali ini Siray Sensaura yang berbicara.
Saat ini wajah ketiga gadis berbaju merah telah kembali kebentuk semula, kedua tangannya juga telah berubah seperti tangan gadis cantik yang halus.

“ Tapi karena ulahmu itu sekarang kalian berdua harus menerima akibatnya, kami akan merobek-robek wajahmu yang tampan itu wahai pemuda baju biru “.

“ Dan kau juga tidak akan bisa bercermin untuk melihat wajamu yang cantik wahai gadis berbaju hijau “.

Saat itu Ratna Galih sudah yang memiliki perangai sedikit pemarah sudah akan melompat menyerang tiga gadis baju merah di depannya, namun tangan Siray menahannya.

“ Hmmm....nona-nona cantik cobalah untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang benar, jangan kalian gunakan ilmu kesaktian yang kalian miliki untuk membuat malapetaka di muka bumi ini “, Siray mencoba berbicara lebih tenang.

“ Hihihiii......tahu apa kau dengan jalan yang benar atau yang salah , wahai pemuda baju biru ?”
“ Baiklah sebelum kami mengantar kau dan gadis temanmu itu menghadap raja neraka, cepta kalian terangkan siapa nama dan gelar kependekaran kalian “.

(Bersambung)

AIR MATA SANG PENDEKAR (6)

Pertarungan antara Ki Wanabaya dan adiknya Ki Wanengpati melawan tiga Dewi Sekar Kenanga dan dua orang adiknya begitu seru. Saat itu tubuh ketiga gadis itu tidak dapat di gerakkan, kakinya seperti terpaku kedalam tanah. Itu karena pengaruh ilmu gaib dari Ki Wanengpati yang telah di lancarkan untuk menyerang ketiganya, Ilmu gaib itu bernama Ilmu Bandawasa. Dengan ilmu itu akan menyerang musuh dan memakunya di tempat, sehingga lawan tidak bisa bergerak karena tanah yang di pijaknya seolah meyedot tubuhnya. Sementara Ki Wanabaya menyerang ketiga gadis itu dengan sabetan keris sakti yang ada dalam genggamannya. Sesaat keris itu berkelebat kearah dada Dewi Sekar Melati , namun disaat keris itu hanya berjarak beberapa inchi tiba-tiba dari samping berdesir sebuah kekuatan dahsyat menghantam lengan Ki Wanabaya. Semua terjadi begitu cepat, Ki Wanabaya tidak sempat menarik serangannya sehingga tangannya beradu dengan kekuatan itu. Keris yang ada di tangan Ki Wanabaya terlempar, sementara tangannya tampak membiru dan tidak bisa di gerakkan.
Ki Wanabaya dan Ki Wanengpati kaget bukan alang kepalang melihat pemandangan di depannya. Tubuh keduanya seperti tergetar menggigil, perlahan mereka mudur dari tempatnya berdiri.

Di depan Ki Wanabaya dan adiknya ,juga Ki lurah Surya Wiguna dan anak buahnya berdiri tiga orang gadis berpakaian merah dengan tangan sebatas lengan berubah seperti kaki harimau dan dari leher ke kepala juga telah berubah menjadi kepala harimau putih. Sunggu pemandangan yang sangat mengerikan , sebagian pemuda bahkan ada yang pingsan di tempat itu. Ki Lurah dan dua dukun sakti sewaannya juga tampak ketakutan. Ilmu Bandawasa dari Ki Wanengpati sudah sirna dan tubuh dari Dewi Sekar Kenanga dan dua adiknya bisa kembali di gerakkan. Kesaktian dari ilmu itu telah melunturkan kesaktian dari Ilmu Bandawasa.

Ilmu Singa Lodaya.....”, dengan bergetar Ki Wanabaya menyebut ilmu yang di pakai oleh ketiga gadis lawannya itu.
“ Aku kira Ilmu itu telah lenyap puluhan tahun silam dari dunia persilatan ini kakang, dan ternyata malam ini kita merasakan kehebatan ilmu itu “, Ki Wanengpati berbisik.
Sementara Ki Lurah yang tidak tau menahu mengenai ilmu kesaktian yang ada di dunia persilatan hanya mengerti kalau ketiga gadis itu adalah siluman harimau.

“ Bagaimana Ki Wanabaya dan Ki Wanengpati , apakah kita akan mampu mengahadapi tiga siluman harimau itu ?”.

“ Mundurpun sepertinya tidak mungkin, karena mereka pasti tidak akan membiarkan kita pergi hidup-hidup dari tempat ini “.

Sementara itu tampak tiga gadis berbaju merah berkepala harimau memandang tajam penuh kemarahan kepada orang-orang di hadapannya. Kedua bola matanya bersianr merah .

“ Sekarang terimalah kematian kalian wahai orang-orang yang berani melawan Tiga Siluman Hutan Gondomayit “, berkata Dewi Sekar Kenanga.

Dewi Sekar Kenanga dan dua orang adiknya segera berkelebat cebat kearah orang-orang yang ada di hadapannya. Dewi Sekar Kenanga menyerang dengan ganas kearah Ki Wanabaya, Dewi Sekar Melati menggebrak ke arah Ki Wanengpati dan Ki Lurah Surya Wiguna. Sementara Dewi Sekar Mawar menebar maut kearah para pemuda dari desa Briginsari itu.
Jerit kematian dari para pemuda itu memecah keheningan malam, mereka bukan tandingan dari Dewi Sekar Mawar . Hanya dalam beberapa gebrakan saja banyak tubuh bergelimpangan dengan nyawa melayang ke akherat.

Hiattttttttttt..........hiaaatttt.....

Sementara itu Ki Wanabaya tampak terdesak hebat oleh serangan dari Dewi Sekar Kenanga. Dengan ilmu silat dan jurus -jurus yang dimilikinya Ki Wanabaya mencoba bertahan dari serangan- serangan maut yang datang bergulung-gulung ke arahnya. Namun semua itu hanya bertahan sesaat, memasuki jurus limapuluh sebuah pukulan terbuka dari Dewi Sekar Kenanga yang sebatas lengan berubah menjadi cakar harimau menghantam perutnya. Golok yang di gunakan sebagai senjata berusaha untuk membabat tangan itu.

Bukkk......

Namun bukannya tangan yang putus tapi golok di tangan Ki Wanabaya terpental patah seperti membentur benda keras. Teryata Ilmu Singa Lodaya telah membuat kebal tubuh dari Dewi Sekar Kenanga. Dan kini cakar harimau itu terus meluncur membobol perut Ki Wanabaya , jerit mengerikan mengringi melesatnya nyawa Ki Wanabaya dari raganya dengan usus membusai.
Melihat hal itu Ki Lurah dan Ki Wanengpati semakin lumer nyalinya, serangan dari Dewi Sekar Melati semakin mendesak keduanya.

(Bersambung)

AIR MATA SANG PENDEKAR (5)

Semua kejadian itu terjadi empat purnama dari saat ini. Dan kini semua menyisakan sakit dan kerinduan yang tak tertahankan di dalam dada Siray. Kini dia telah berpisah dengan Arumi , gadis cantik kekasih yang sangat di cintainya itu.

Pagi itu matahari belum naik sepenggalah, tampak di sebuah dangau duduk seorang pemuda tampan berpakaian biru muda. Di depannya terpampang sebuah lukisan bergambar wajah seorang gadis cantik berpakaian merah. Dengan pandangan yang terus melekat ke arah lukisan , sesekali pemuda itu menunduk membaca sebuah tulisan yang tertulis di sebuah kain yang berukuran satu kali dua jengkal tangan. Di dalam kain itu tertulis sebuah kata-kata.


Kangmas Siray...saat ini aku belum siap untuk bertemu dengan Kiai dan Simbok.Dan juga sobat-sobat Kangmas di Padepokan 212 di Gunung Gede. Ada suatu hal yang harus dinda selesaikan saat ini. Dan Dinda tidak akan melibatkan Kangmas dalam urusan Dinda ini. Kalau semua urusan dinda sudah selesai Dinda pasti akan menemui kangmas Siray di Padepokan 212. Terima kasih Kangmas, semua kejadian malam tadi tidak akan pernah dinda lupakan.

Kekasihmu
Arumi


Pemuda berbaju biru muda di dangau itu bukan lain adalah Siray Sensaura atau yang bergelar Pendekar Kuas Sakti . Tampak mata pemuda itu berkaca-kaca, sesaat kemudian mengalirlah tetesan-tetesan air dari kedua matanya. Rupanya kepedihan dan kerinduanya akan kekasihnya begitu membuat perasaanya seperti tercabik-cabik. Sehingga pendekar gagah itu tak kuasa lagi menahan air mata yang mulai jatuh di pipinya.

“ Dinda Arumi......tak tahukah dinda dengan perasaan kangmas. Dinda ...saat ini Kangmas begitu merindukan dinda, kenapa dinda tidak pernah mengijinkan Kangmas untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang menimpamu dinda ? “.

“ Dinda Arumi...taukah dinda , kalau semua hari yang kangmas lalui terasa hampa tanpa kehadiran dinda “.

Kembali Siray Sensaura menangis di dangau tempat terakhir kali dia bersama dengan Arumi kekasihnya. Setelah lelah dengan perasaanya dan menumpahkan kerinduannya dengan memandangi lukisan kekasihnya, Siray Sensaura tampak tertidur di dangau itu.
Hari menjelang sore, matahari sudah bergerak ke peraduannya. Sinar jingga sore itu begitu indah menyemburat di ufuk barat. Pendekar Kuas Sakti terbangun dari tidurnya. Dengan bergegas dia kemudian menggulung kembali lukisan kekasihnya dan menyimpannya di balik pakaiannya. Saat dia akan bergerak meninggalkan dangau itu, matanya yang tajam melihat sosok berbaju hijau yang berkelebat cepat tidak jauh dari tempat itu.

“ Heh.....siapa itu, sepertinya aku mengenal siapa orang itu ? “, Siray Sensaura bertanya dalam hati.
Namun tanpa menunggu lama dia segera berkelebat cepat ke arah bayangan itu menghilang. Sementara itu, merasa ada yang mengikuti larinya sosok berbaju hijau yang ternyata seorang gadis itu kemudian berhenti. Dan dengan tidak menoleh kebelakang dia kemudian bertanya pada seseorang yang mengikutinya yang bukan lain adalah Siray Sensaura.

“ Ada keperluan apakah tuan mengikuti saya, ataukah mungkin tuan ingin menyampaikan sesuatu kepada saya “.

Siray Sensaura yang berhenti tidak terlalu jauh di belakang gadis berbaju hijau itu segera mengenali siapa adanya gadis itu.

“ Ratna Galih...bukankah yang berdiri di hadapanku ini Ratna Galih yang bergelar Pendekar Pedang Kembar dari Ranu Kumbolo ?”.

Gadis berbaju hijau yang mengenali suara yang memanggilnya itu segera menoleh kebelakang.

“ Kangmas Siray , ada keperluan apakah kangmas sampai ke tempat ini ?”.

Kini gadis itu balik mengajukan pertanyaan kepada Siray Sensaura. Dan memang benar gadis itu adalah Ratna Galih yang bergelar Pendekar Pedang Kembar dari Ranu Kumbolo, sebuah tempat indah yang berada di sekitar gunung Semeru.

“ Hahaha....di tanya malah bertanya balik “ , Siray menjawab sambil tertawa.

Ratna Galih hanya tersenyum., kemudian dia menjawab pertanyaan Siray .

“ Tidak ada apa-apa kangmas aku hanya berjalan menuruti langkah kaki ku saja kok “.

“ Kangmas sendirian saja di sini atau bersama seseorang kah ? “
Tampak Ratna Galih memandang sekitar, seolah mencari seseorang lain yang ada di tempat itu. Melihat hal itu Siray Sensaura tertawa.

“ Hahahahaha.......kamu pasti mencari Kangmas mu Adeck Cakep ya ?, tidak kok aku juga sendirian mengikuti kemana langkah kakiku ”.

Ratna Galih tertunduk malu karena Siray Sensaura tahu siapa yang dicarinya dan diharapkan ada bersama Pendekar Kuas Sakti saat itu. Karena Ratna Galih tahu kalau Siray adalah sahabat dari Adeck Cakep, salah seorang Pendekar dari Padepokan 212. Dan juga bukan menjadi rahasia lagi bagi para pendekar dari Padepokan212 bagaimana hubungan antara sobatnya dengan gadis cantik yang bernama Ratna Galih ini.

“ Ratna , tampaknya hari sudah mulai malam mari kita mencari tempat bermalam di desa yang tidak jauh dari tempat ini. Kalau tidak salah tidak jauh dari tempat ini ada sebuah desa, ayo kita kesana “.
Tanpa berkata apa-apa lagi gadis itu segera mengikuti Siray Sensaura berjalan ke arah barat, menuju desa terdekat. Dalam perjalanan keduanya lebih sering diam, seolah hanyut dalam pikirannya masing-masing.

(Bersambung)


AIR MATA SANG PENDEKAR (4)

Sore itu cuaca agak mendung. Di sebuah pedataran di kaki bukit, tampak dua orang sedang berjalan beriringan. Di sepanjang perjalanan mereka tampak bahagia,saling menggoda dan kemudian tertawa bersama. Dua orang yang berjalan kaki itu seorang pemuda tampan berkulit putih bersih mengenakan pakaian biru muda dengan celana hitam.Di kepalanya melingkar sebuah ikat kepala berwarna putih dan di pingangnya terselip sebuah benda berbentuk kuas dengan panjang tiga jengkal tangan oang dewasa . Sedang disampingnya berjalan seorang gadis cantik mengenakan baju ringkas berwarna merah-merah. Di pinggangnya terselip sebuah pedang indah, gagangnya berukir membentuk kepala rajawali. Dalam dunia persilatan pedang itu terkenal dengan nama Pedang Rajawali Emas. Kalau pedang itu di hunus dari sarungnya, akan memancarkan sinar emas yang berkilauan. Karena memang pedang itu di buat dari batu mulia.

“ Dinda Arumi....tunggu Kangmas dinda, jangan cepat-cepat jalannya “, pemuda berbaju biru muda memanggil nama gadis yang berjalan di depannya. Tampaknya sang gadis memang sengaja berlari-lari kecil setiap si pemuda hampir dekat dengannya.
Sampai suatu saat si pemuda kemudian melompat bersembunyi di balik sebuah batu. Sigadis yang berjalan di depan kemudian menghentikan langkahnya manakala dia menoleh kebelakang dan dia tidak lagi melihat pemuda kekasihnya itu. Sambil menoleh kekanan-kiri gadis yang bernama Arumi itu berteriak memanggil nama kekasihnya.

“ Kangmas Siray....kamu dimana kangmas..?

Sesaat berlalu tidak ada jawaban dari si pemuda, kemudian Arumi bermaksud melanjutkan jalannya.Namun betapa terkejutnya dia ketika kakinya akan melangkah.Di depan nya telah berdiri seorang pemuda tampan kekasihnya. Belum habis rasa terkejutnya pemuda di depannya tiba-tiba memeluk Arumi. Gadis itu terkejut, namun hanya sesaat karena disaat kemudian dia mulai membalas pelukan kekasihnya itu. Si pemuda yang bernama Siray itu memandang lekat-lekat wajah gadis yang ada dalam pelukannya. Belum pernah dia sebegitu dekat memandang wajah gadis cantik kekasihnya itu, dan kini seakan tidak akan melepaskan pelukan dan matanya terus menatap tajam bola mata indah si gadis. Arumi yang kemudian merasa malu di tatap matanya seperti kemudian menunduk. Tampak pipi si gadis memerah karena malu.

“ Dinda Arumi....Kangmas sangat mencintaimu dinda “.
Dengan berbisik di telinga si gadis , Siray mengungkapkan perasaanya dan kemudian dengan penuh kasih sayang di ciumnya bibir merah sang gadis. Dengan penuh kasih sayang juga Arumi membalas ciuman dari kekasih yang sangat di cintainya itu.

“ Ahhh.....Kangmas Siray, dinda juga sangat mencintai kangmas, jangan pernah meninggalkan dinda kangmas “.
Pelukan sepasang kekasih itu semakin erat seakan tidak akan pernah di lepaskan. Namun tiba-tiba kemesraan mereka terganggu dengan turunnya hujan sore hari itu. Mendung yang menggantung di langit tampaknya sudah tidak dapat lagi menahan air dan kemudian menumpahkannya ke bumi.

“ Dinda ….ayo kita berteduh di dangau itu dinda, sebelum hujan semakin deras membasahi baju kita “.
Tanpa menunggu jawaban dari kekasihnya , Siray segera menyambar tubuh Arumi dan menggendongnya berlari menuju ke sebuah dangau yang terletak tidak begitu jauh dari tempat itu. Arumi memeluk erat tubuh kekasihnya. Begitu tiba di dangau, Siray segera menurunkan tubuh kekasihnya di balai-balai yang terbuat dari bambu yang berada di dangau itu.

“ Tampaknya kita harus bermalam disini dinda, besok baru kita melanjutkan perjalanan kita menuju ke Padepokan 212 di gunung Gede “.

“ Kangmas ingin mengenalkan dinda kepada Kiai dan Simbok yang ada di Padepokan, dan juga kepada sobat-sobat Kangmas yang ada disana dinda “.

“ Pasti sobat-sobat yang ada di padepokan akan kagum melihat kecantikan dinda, dan pasti juga akan iri kepadaku “.
Berkata Siray yang kemudian tersenyum menatap wajah Arumi yang tampak malu-malu.

Meskipun hujan sudah reda , namun malam itu udara begitu dingin. Siray segaja tidak membuat perapian agar tidak mengundang kedatangan tamu-tamu yang tidak mereka harapkan. Untuk mengusir hawa dingin Siray memeluk erat gadis yang sangat di cintainya itu. Kembali terulang kejadian sore tadi di pedataran sebelum turun hujan. Mereka asik bercumbu dan bermesraan, di ciuminya bibir si gadis . Arumi membalasnya dengan ciuman yang lebih hangat. Malam semakin larut , sepasang kekasih itu masih asik bercumbu . Seluruh tubuh gadis cantik itu sudah di jamahnya, dan tampaknya si gadis juga telah menyerahkan seluruh jiwa dan raganya kepadanya malam itu. Namun Siray masih bisa mengendalikan nafsu yang bergejolak di dalam dadanya dan hanya mencumbu gadis itu.

(Bersambung)

AIR MATA SANG PENDEKAR (3)

“ Hihihihi.....kami tidak pernah menebar teror kami hanya bermain-main dan mencari kesenangan saja “.

“ Tapi kalian telah banyak merenggut korban dari warga desa kami yang tidak bersalah “.

“ Hihihihih......siapa bilang mereka tidak bersalah, mereka yang berlaku tidak sopan dan tidak senonoh terhadap kami , apa salah kalau kami memberikan sedikit pelajaran pada mereka“.

“ Ki Lurah , kita tidak usah berlama-lama basa-basi dengan mereka, Sudah jelas merekalah yang yang telah membunuh beberapa warga desa dan menebar teror dimana-mana “, kali ini Ki Wanengpati yang berbicara.

“ Baiklah, ayo kalian semua cepat tangkap tiga gadis itu dan kita berikan hukuman yang setimpal kepadanya !! “, Ki Lurah Surya Wiguna berteriak memberikan perintah kepada warganya yang mengurung ke tiga gadis itu.

Serentak para pemuda yang mengurung tiga gadis itu maju untuk menangkap, namun baru beberapa langkah mereka mendekat tampak tiga orang pemuda terlempar . Terdengar jeritan setinggi langit ketika ketiga pemuda itu ada yang terlempar dengan perut bobol, ada yang dadanya remuk dan ada yang kepalnya pecah.

“ Ayo majulah kalian kalau ingin menangkap kami ….hihihihihihih “, Dewi Sekar Mawar berkata sambil tertawa. Tawanya melengking merobek keheningan malam.
Para pemuda itu menjadi ciut nyalinya melihat tiga kawannya mati dengan sekali gebrak oleh tiga gadis baju merah itu. Bahkan mendengar tawanya , mereka semakin bergidik.

“ Siluman keparat …..kalian telah telah membunuh tiga warga ku, tidak ada ampuna lagi bagi kalian “.
“ Ki Wanabaya dan Ki Wanengpati cepat laksanakan tugas kalian , kami akan membantu mengeroyok mereka.

“ Hahahaha.....biar kami berdua yang membereskan mereka Ki Lurah. Ki Lurah dan anak buah ki lurah berjaga-jaga saja “.

“ Mari Kang Wanabaya, kita bereskan tiga gadis cantik ini “, berkata Ki Wanengpati .

“ Hiaaatttt.........
Kedua dukun sewaan itu segera melompat ke hadapan tiga gadis baju merah, selain menguasai ilmu gaib tampaknya dua orang itu juga memiliki ilmu silat yang bisa di andalkan. Kini keduanya bersiap menyerang, sementara itu Dewi Sekar Kenanga dan dua adiknya tampak tenang-tenang saja. Seakan tidak merasakan maut yang datang pada mereka.

“ Biarlah kuberikan kalian pelajaran, terima ini....!!!
Ki Wanabaya melompat sambil mengibaskan keris pusaka yang ada dalam genggamannya, Sementara Ki Wanengpati tampak komat-kamit merapal mantra dari luar area pertarungan itu. Entah ilmu gaib apa yang di keluarkan oleh Ki Wanengpati, namun suatu keanehan tiba-tiba terjadi. Dewi Sekar Kenanga dan kedua adiknya kaget ketika tiba-tiba merasakan tubuh mereka begitu berat untuk di gerakkan. Kedua kaki mereka seperti tertanam ke dalam tanah. Sementara serangan terus datang dari keris Ki Wanabaya yang bergerak cepat kesana-kemari.

(Bersambung)

Wednesday 1 February 2012

AIR MATA SANG PENDEKAR ( 2 )

Pagi itu desa Selokaton gempar, penduduk desa banyak berkerumun di dekat gardu ronda. Mereka sedang menceritakan kejadian yang menimpa warga desa itu. Pagi itu di temukan tiga mayat warga desa dengan kondisi yang sangat mengerikan. Tubuh ketiga mayat itu seperti tercabik-cabik cakar harimau. Bahkan di leher ketiganya terdapat lubang seperti gigitan binatang. Dari cerita yang beredar di masyarakat , ketiga mayat itu bernama Genta, Jukri dan Socapati ketiganya adalah orang yang bertugas ronda di malam kejadian itu.

Cerita mengenai tewasnya tiga warga desa Selokaton semakin santer terdengar sampai kedesa tetangga,bahkan di desa Bringinsari juga pernah terjadi kejadian serupa. Kejadian itu terjadi tiga hari sebelum kejadian yang menimpa tiga warga desa Selokaton. Malam-malam sesudah kejadian itu warga desa dari ke dua desa seperti dilanda ketakutan yang teramat sangat, mereka takut kejadian itu akan datang lagi dan menimpa warga desa yang lain. Sehingga kemudian diadakan ronda malam dengan jumlah peronda mencapai lima belas orang bahkan lebih.

Teror pembunuhan tidak berhenti sampai disitu, di desa Petung yang berada diantara desa Bringinsari dan desa Selokaton kehilangan salah seorang warganya. Pada suatu malam salah seorang waga desa Petung pulang dari rumah saudaranya, namun hingga pagi orang tersebut tidak pernah sampai kerumah.Seluruh keluarganya bingung mencari, dan kemudian di temukan oleh tetangganya di pinggir sawah di luar desa.Orang tersebut telah tewas dengan luka seperti yang menimpa ketiga pemuda petugas ronda di desa Selokaton.
Tiga desa tersebut merupakan desa-desa terdekat dengan hutan Gondomayit. Dan warga dari ketiga desa tersebut juga percaya kalau kejadian yang terjadi di desanya merupakan ulah dari siluman dari hutan Gondomayit. Oleh seorang tetua desa yang berasal dari desa Bringinsari, di harapkan agar semua warga desanya untuk waspada. Mereka juga telah meminta bantuan beberapa dukun yang memiliki kemampuan untuk menghadapi siluman.

Malam itu suasana sangat mencekam, warga desa Bringinsari sudah masuk kerumah masing-masing dan menutup pintu juga menguncinya dari dalam. Mereka takut dengan keganasan siluman hutan Gondomayit yang akhir-kahir ini sering meminta tumbal dari warga desa di sekitar hutan itu.

Namun petugas ronda tetap melaksanakan tugasnya . Jumlah mereka kurang lebih limabelas orang, yang di pimpin langsung oleh Ki Lurah di bantu dua orang dukun yang sengaja mereka datangkan untuk membantu menghadapi siluman hutan Gondomayit yang meresahkan warga.
Malam semakin larut, dingin mulai menyelimuti desa. Bulan purnama malam itu membuat desa menjadi terang dengan sinarnya.

“ Aki Wanabaya, menurut aki mungkinkah Siluman Hutan Gondomayit akan datang malam ini Ki ? “, Ki Lurah Surya Wiguna bertanya pada dukun sakti Ki Wanabaya.
Sementara Ki Wanengpati yang merupakan adik dari Ki Wanabaya sedang bersemadi di sudut ruangan tempat peronda itu berkumpul. Matanya terpejam dan tangannya tampak bergerak seperti menghitung butiran-butiran benda hitam yang dirangkai dengan benang dan bentuknya menyerupai sebuah tasbih.

“ Ki Lurah , suruh anak buah ki lurah utnuk bersiap-siap, saya merasakan ada semilir hawa aneh menuju ke desa ini arahnya dari hutan gondomayit “, berkata Ki Wanabaya.Belum habis Ki Wanabaya berkata ,mendadak mereka dikagetkan oleh teriakan dari petugas ronda yang berada di luar.

“ Ki Luraaaah.....siluman itu datang Ki...!!! “.

Mereka yang berada di dalam gardu ronda segera bergegas keluar. Begitu sampai diluar mereka melihat kabut merah bercahaya tampak melayang-layang menuju ke arah mereka. Begitu kabut merah itu sampai , tampak Ki Lurah segera memerintahkan anak buahnya untuk mengepung kabut merah itu. Perlahan kabut merah itu menipis dan sirna, yang ada di hadapan mereka kini tiga orang gadis cantik yang berpakaian merah dan begitu tipis, sehingga tampak jelas lekuk-lekuk keindahan tubuh ketiga gadis itu.
Para petugas ronda yang mengurung tiga gadis berpakaian merah itu tampak terpana melihat keindahan tubuh di depannya. Memang sebagian besar para petugas ronda itu masih muda, sehingga hasrat di dalam dadanya begitu meledak-ledak . Namun mereka segera tersadar begitu mendengar teriakan dari Ki Wanabaya.

“ Jangan diam melongo seperti itu, lekas kalian bersiap meringkus tiga gadis siluman ini “.
Tampak Ki Wanabaya bersama Ki Lurah Surya Wiguna dan Ki Wanengpati mendekat ke tempat tiga gadis baju merahyang di kurung oleh para petugas ronda dalam sebuah lingkaran kecil. Tampak para pemuda itu bersiap menghunus golok yang terselip di pinggangnya.
Begitu sampai di depan ke tiga gadis itu, Ki Lurah dan dua orang dukun sakti sewaan itu segera mempersiapkan diri.

“ Hehehehe...... Sekarang sudah berakhir petualangan kalian menebar teror di desa-desa ini wahai tiga silman cantik, “ Ki Wanabaya berkata kepada tiga gadis cantik dari hutan Gondomayit itu.

“ Hihihihihhi...... kenapa kalian menganggap kami siluman , tidakkah kalian melihat kecantikan kami “, berkata gadis baju merah yang berada di tengah. Tampaknya dia adalah peimpinan dari ketiga gadis baju merah itu.

“ Oia....kalian bisa memanggil ku Dewi Sekar Kenanga. Yang sebelah kanan ini adiku Dewi Sekar Mawar dan yang sebelah kiri ini adikku terakhir dia bernama Dewi Sekar Melati “.

“ Nama yang bagus, tapi kenapa kalian berlaku kejam dan menebar teror di desa kami dan juga desa tetangga ? “, bertanya Ki Lurah Surya Wiguna.

(Bersambung)

AIR MATA SANG PENDEKAR 1



Hutan Gandamayit terletak di sebelah tenggara kota raja kerajaan Niskala. Sore itu tampak lengang , hanya sesekali terdengar suara congkeret memecah kesunyian.Entah apa yang terjadi sesaat kemudian suara congkeret itu berhenti. Kemudian terdengar suara congkeret yang lain dari arah yang berbeda, namun sama seperti sebelumnya tiba-tiba suara congkeret itu mendadak berhenti .
Matahari sore itu terlihat merah, senja telah tiba. Kegelapan mulai menyelimuti hutan Gandamayit , dari jauh hutan itu terlihat seperti bayangan hitam. Keangkeran hutan Gandamayit telah lama terdengar dan tersebar ke seluruh pelosok daerah di wilayah Kerajaan Niskala. Menurut cerita-cerita yang beredar di masyarakat , setiap malam penduduk yang rumahnya berada di sekitar hutan itu sering mendengar suara tawa yang melengking memecah keheningan malam. Kadang juga terdengar suara tangis yang memilukan.

Pada suatu malam , tiga orang warga desa Selokaton yang desanya berada paling dekat dengan hutan Gandamayit yang saat itu bertugas ronda malam melihat sinar merah yang keluar dari hutan Gandamayit.

“ Jukri ...Soca , kenapa perasaanku tidak enak malam ini. Sepertinya akan terjadi sesuatu malam ini “, berkata Genta pada dua kawannya yang bertugas ronda malam.

“ Iya...Genta, aku juga merasakan keanehan malam ini, malam ini malam Jum'at Kliwon menurut cerita kakek ku malam Jum'at Kliwon adalah waktu yang sering di gunakan oleh dedemit dan siluman untuk berpesta “, menyahuti pemuda yang bernama Soca.

“ Ah...kamu malah menambah bulu kudukku berdiri aja Soca “, berkata Jukri. Jukri memang paling penakut diantara ketiga pemuda yang bertugas ronda malam itu.

“ Hahahaha....kamu ini Juk, begitu saja sudah ketakutan. Eh....yang berdiri bulu kudukmu apa bulu yang lain..? “, kata Genta sambil menggoda kawannnya, yang disambut tawa oleh Soca.

“ Hahahahahaha..... “

Belum habis tawa ke tiga pemuda itu, mendadak mereka di kejutkan oleh kelebatan sinar merah yang berasal dari hutan Gondomayit. Sinar itu berupa gumpalan asap merah yang semakin lama semakin membesar ketika semakin dekat ke tempat tiga pemuda itu berada.
Tiga pemuda itu menjadi semakin ketakutan ketika asap merah itu berhenti di depan mereka. Perlahan asap merah itu mulai hilang dari hadapan ke tiganya, dan kini di depan ketiga pemuda itu telah berdiri tiga gadis cantik berpakaian merah-merah. Ketiga gadis itu memandang tiga pemuda di depannya dengan senyuman yang menggoda. Pakaian merah yang di kenakannya begitu tipis dan sangat ketat sehingga terlihat jelas lekuk-lekuk keindahan tubuh ketiga gadis itu.
Socapati dan kedua temannya yang semula merasa ketakutan kini malah bengong dan terpana melihat pemandangan di depan mereka. Keheningan itu pecah oleh suara gadis cantik yang berada di tengah.

“ Kang....boleh kah kami minta tolong , untuk mencarikan tempat penginapan atau apalah.Kami sedang dalam perjalanan jauh “.
Socapati yang sudah bisa menguasai gejolak dalam hatinya segera menjawab mewakili kedua temannya.

“ Ah.....bisa saja non, memang sudah menjadi kwajiban kami menolong orang yang memang membutuhkan pertolongan “.
Kemudian Socapati berbisik pada kedua temannya. “ Ssst..... rupanya ronda malam kali ini hari keberuntungan kita, karena malam ini kita tidak akan kedinginan hehehehe “.

“ Maaf nona , karena hari sudah larut malam pasti rumah penginapan satu-satunya di tempat ini sudah tutup. Dan kami juga tidak tega untuk mengganggu penduduk untuk membangunkan mereka sekedar mencarikan tempat untuk menginap. Bagaimana kalau non bertiga bermalam saja di gardu ronda tempat kami ? “.

“ Ah....kami merepotkan saja Kang, tapi kalau akang bertiga tidak keberatan ya tidak apalah kami bermalam di gardu ronda “, menjawab gadis baju merah yang berada di sebelah kiri.
Ketiganya berjalan menuju gardu ronda yang jaraknya tidak begitu jauh dari tempat itu,sementara Soca pati dan dua temannya mengiring di belakang. Begitu sampai di gardu ronda, ketiga gadis cantik berbaju merah itu langsung merebahkan tubuhnya diatas balai-balai. Pakaian tipis yang mereka kenakan tampak tersingkap, sehingga terlihat jelas paha putih mulus itu. Socapati dan dua temannya menahan nafas, jantungnya berdebar tak karuan melihat pemandangan di depannnya. Masih ketiganya berusaha menguasai diri, tiba-tiba terdengar suara salah seorang gadis baju merah.

“ Akang....kami kedinginan ,udara malam ini begitu dingin kang. Peluk kami kang....”, berkata gadis itu sambil mendesah seolah kedinginan. Hal itu semakin membuat ketiga pemuda itu panas dingin, tapi itu hanya sesaat. Bagai kerbau di tusuk hidungnya, ketiganya kemudian segera mendekat dan tidur di samping gadis-gadis itu.Ketiga gadis baju merah itu memang semuanya cantik,sehingga Socapati dan temannya tidak saling berebut untuk memeluk diantara ketiganya.

Malam semakin tinggi, udara malam itu semakin dingin karena embun sudah mulai turun. Para penduduk yang tertidur di rumahnya masing-masing semakin menarik selimutnya untuk mengusir hawa dingin malam itu.Namun udara di gardu ronda seakan berbeda sebaliknya, tampak keringat membasahi ketiga pemuda yang bertugas ronda malam itu.

(Bersambung)

GAYA REMAJA

♦♦ GAYA REMAJA ♦♦

Model rambut berbuntut
Sepatunya pun butut
Tas di gantung di pundak
Tampang memikat...
Semua mata menatap
Seolah dia jadi idola
Setiap gadis usia muda
Dengan wajah ceria ...
Dia pergi kesekolah
Sambil berlari-lari mengejar bis kota
Tak pernah dia perduli
Walau setiap hari di jepit
Tapi dia malah meringis
Semua teman selalu bersamamu
Hanya ingin dengar ocehanmu
Tyada hari yang indah tanpa kehadirannya
Tyada canda tyada gelak tawa
Engkau idola gadis remaja...

Kini anak sekolah
Banyak meniru dirimu
Dengan segala tingkahnya yang lagi model
Apakah itu semua merupakan identitas diri ?
Sebagai anak-anak sekolah....


( enak juga lagu yang satu ini....Siapa coba yang nyanyi ? )

Cek Aja INI.....!!!

Labels: