Wednesday 28 November 2012

PUKULAN TELAPAK AKAR JAGAD ( Buku 1 Trilogi Pembunuh Bayaran Dari Bukit Bintang )

    

     Kini sosok bayangan hitam berdiri tegak kira-kira lima tombak di depan lelaki tua itu.Rupanya si penyerang gelap itu adalah sosok laki-laki tinggi tegap yang mengenakan pakaian hitam-hitam berbentuk jubah. Di kepalanya mengenakan mantel yang juga berwarna hitam yang menutupi sebagian wajahnya, sehingga wajah di balik mantel itu tidak terlihat jelas.
    Sementara laki-laki tua pemilik pondokan tampak memicingkan matanya mencoba mengenali siapa penyerang berjubah dan bermantel hitam itu. Di depannya, sosok lelaki berjubah dan bermantel hitam tetap diam tak bergerak sedikitpun. Beberapa lama keduanya hanya diam, hingga pada akhirnya laki-laki tua pemilik pondokan itu membuka suara .
     “ Hahahaha.....sepertinya hari ini aku kedatangan seorang tokoh sakti tanpa tanding dari wilayah kulon “.
     “ Bagaimana kabarmu sobatku Latanpanama, ada angin apakah yang membawamu terpesat sampai ke gubukku ini ?”, lelaki tua si pemilik pondok bertanya .
Rupanya dia bisa mengenali siapa sosok berjubah hitam di hadapannya itu. Akhirnya sijubah hitam itupun membuka suaranya.
     “ Hahahaha....rupanya kau masih mengenali aku Ki Ageng, ingatan sampeyan ternyata masih hebat juga sehingga bisa mengenali jurus-jurus yang aku mainkan “, si jubah hitam yang di panggil Latanpanama berkata.Kedua sahabat yang sudah lama tidak bertemu itupun kemudian saling melangkah mendekat dan berangkulan melepaskan rindu.
     “ Mari dimas Latan , kita masuk dan ngobrol di dalam gubukku saja. Tadi pagi aku metik beberapa buah manggis dan aku tahu kamu pasti suka buah itu “. 
Keduanya kemudian berjalan masuk kedalam pondok kayu yang tidak terlalu besar itu. Dua orang itu adalah dua orang tokoh sakti golongan putih yang beberapa tahun lalu pernah bahu-membahu membantu Raja Abhi Wisesa dari Kerajaan Niskala yang di rongrong pemberontak yang di pimpin oleh patihnya sendiri yang bernama Dharu Bhiswara dan beberapa tokoh sakti golongan hitam yang menjadi sekutunya.
     Orang tua pemilik pondokan yang di panggil dengan nama Ki Ageng adalah salah satu tokoh sakti golongan putih yang selalu malang melintang membela kebenaran dan membasmi keangkara murkaan dimanapun dia memijakkan kakinya. Banyak sudah tokoh sakti golongan hitam yang tumbang ditangannya, sehingga namanya menjadi momok yang menakutkan bagi orang-orang golongan hitam. Namun saat ini Ki Ageng lebih memilih mengasingkan diri di tempat terpencil di pinggiran daerah Pengasih yang masuk wilayah Kulonprogo ini.
    Ki Ageng juga sahabat dari tokoh sakti pimpinan Padepokan Jagat Satria di puncak Gunung Gede. Sementara laki-laki berjubah hitam dan bermantel hitam itu di kenal dengan nama Latanpanama yang bisa di artikan orang yang tidak bernama. Sosok pendekar yang satu ini memang sangat misterius, setiap kemunculannya selalu mengenakan mantel yang menutup sebagian wajahnya sehingga tidak terlihat jelas. Seolah menyembunyikan jati dirinya, kalau ditanyakan namanya, dia akan selalu menjawab “ panggil saja aku Latanpanama “.   

( Penggalan cerita di buku 1 )